Selain karena Imel
kakak kandung Bari yang melahirkan sepasang bayi kembar, tak ada yang membuat
Bari bahagia selain 5 hari lagi dia akan menjadi suami Keke, gadis yang sudah
dipacarinya selama satu tahun ini. Bukan apa yang membuatnya begitu bangga dan
bahagia, mengingat segala perjuangan yang telah dia tempuh untuk mendapatkan
hati seorang anak tunggal dari juragan toko meubel itu. Apa lagi ayah Keke adalah
seorang pengusaha bergelar Haji yang terpandang dan dihormati di desanya.
Selain karena setatus sosial yang bagai bumi dan langit, Bari yang hanya
lulusan D3 Teknik Informatika itu harus bersaing dengan banyak pemuda yang
lebih tampan dan mapan. Namun dengan tekatnya yang bulat dan cintanya terhadap
Keke, perlahan tapi pasti Bari dapat menggugurkan asa para pesaingnya. Bahkan
kini dia mulai bisa mengembangkan usahanya dengan pesat, kini Bari sudah punya
ruko sendiri dan memiliki beberapa pegawai. Keke yang telah melihat ketulusan
dan perjuangan Bari untuk merebut hatinya pun akhirnya takluk juga. Namun
perjuangan Bari belum selesai, masih ada ladang ranjau yang harus di lalui
Bari, ialah Haji Hambadli ayah Keke. Selain karena titelnya yang sebagai haji
dan orang terpandang di desa itu, Haji Hambadli sangatlah berharap putri semata
wayangnya mendapatkan seorang lelaki yang bisa menjadi pelindung sekaligus imam
baginya. Haji Hambadli tak luput menyaksikan sendiri perjuangan Bari untuk
mendapatkan Keke, namun ada ganjalan dalam pikiran haji Hambadli, di matanya
Bari belum bisa menjadi imam yang baik untuk keluarganya kelak. Selain karena Hambadli
adalh orang yang kolot soal agama, bari sendirilah yang telah menempelkan bom
waktu pada dirinya sendiri, Bari terlalu jaim dengan membuat pencitraan
berlebih sebagai pemuda alim di depan
calon mertuanya.
Hingga Bari harus melakukan
berbagai macam tes dari Hambadli, seperti anak SD yang ingin naik kelas.
Akhirnya dapat pula Bari melakukan segala macam tes yang telah diberikan haji
Hambadli, yang berarti lampu hijau untuk
Bari. Tiga bulan berselang haji Hambadli meninggal dunia, sehabis memimpin
sholat subuh haji Hambadli menghembuskan nafas terahirnya dengan mudah. Kata
orang dahulu, orang yang mati dalam keadaan demikian, adalah orang yang dalam
semasa hidupnya bertindak dalam jalan yang benar. Makin besarlah cinta Keke
kepada Bari, karena merasa hanya Bari lah yang bisa melindunginya sekarang.
Hingga akhirnya, ditentukanlah lima hari lagi sebagai hari pernikahan mereka.
Dalam adat didesa tersebut saat acara pernikahan haruslah ada seorang
penceramah dan pendoa sebagai syarat. Di desa itu ada seseorang yang selalu
bahkan pasti diserahi mandat tersebut, adalah mbah Diran tetua kampung yang
selalu dan satu-satunya yang bisa melakukannya. Namun Bari kurang suka dengan
orang tua itu, baginya mbah Diran adalah orang yang menghancurkan semangat
beribadah para kawula penduduk desa. Banyak warga yang selalu mengeluh bila
mbah Diran mengimami sholat berjamaah di masjid, hal itu adalah karena Mbah
Diran selalu memakai ayat dan surat yang panjang dalam sholatnya. Begitu pula
saat ceramah, bisa-bisa membuat para jamaah meringis karena keram. Hal lain
yang membuat Bari tidak begitu menyukai Mbah Diran adalah ketika Mbah Diran
memimpin tahlilan bersama di masjid, Mbah Diran selalu membacanya dengan lafal
yang meliuk-liuk bagai gitar spanyol, yang tidaklah mudah ditiru para jamaah.
Sebetulnya banyak warga desa
yang tidak menyukai tingkah Mbah Diran, namun jika ada yang berani tidak
melibatkan Mbah Diran dalam hal-hal penting di kampung, maka maka Mbah Diran
akan ngambek seperti anak kecil dengan cara mengucilkan diri. Jika malam ini
ada acara penting di desa dan Mbah Drian tidak dilibatkan, maka esok subuh Mbah
Diran akan tidak muncul di masjid. Bahkan dzuhur, ashar, magrib hingga isya’,
Mbah Diran tidak akan memunculkan batang hidungnya. Jika sudah begitu warga
desa akan dibuat geger dan segera mencari sumber penyebabnya, memarahi sang
kreator, kemudian berbondong-bondong menuju rumah Mbah Diran untuk meminta
maaf, maka keesokan harinya Mbah Diran pasti sudah muncul lagi di masjid.
Itulah yang membuat Bari kurang suka terhadap sesepuh desa itu, dalam hatinya
dia bersikeras ingin menghilangkan tradisi ngambek-mengambek ini. “Aku harus
memberi pelajarn buat si tua itu” pikirnya, Bari ingin agar warga desa tidak
takluk dengan ngambeknya Mbah Diran itu. Sampai tiga hari sebelum acara
pernikahannya, Bari menemukan ide untuk membuat Mbah Diran jera, idenya
tersebut disampaikan pada calon istrinya. Keke hanya bisa mengangguk dan
berpesan supaya Bari berhati-hati “Hati-hati ntar kualat lo mas”, Bari hanya
menyeringai tak jelas. Ketika dia akan keluar dari rumah Keke, terdengar suara
pengumuman dari speaker masjid, dikabarkan kalau Mbah Diran meninggal ketika
memimpin sholat magrib berjamaah, Mbah Diran meninggal dengan cara yang sama
dengan Haji Hambadli ayah Keke. Malang bagi Bari yang harus menunda
pernikahannya dengan Keke, karena menurut tradisi di desa, sebelum 100 hari
meninggalnya sesepuh desa, maka tidak boleh ada segala macam pesta, dan desa
itu kini kehilangan sosok Mbah Diran dan segala keunikannya. Sekarang bila ada
acara pernikahan, tahlilan, dan lain-lain harus mendatangkan ustad dari desa
lain, karena Mbah Diran adalah generasi terahir di desa itu.
(kutip: Kisah Pengantin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar