Jumat, 14 Juni 2013

Brigata Curva SUD: "the true loyal"


Pernah mendengar nama PSS Sleman ? Salah satu klub sepakbola profesional yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan lebih tepatnya berada di Kabupaten Sleman. Klub yang berjuluk ‘Elang Jawa’ ini berdiri tahun 1976 dan identik dengan binaan para pemuda asli Sleman. Meskipun begitu, klub ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Klub ini memiliki berbagai prestasi diantaranya menempati ‘BIG FOUR’ pada dua musim berturut-turut yaitu pada divisi utama 2003 dan divisi utama 2004. Saat itu divisi utama adalah kasta tertinggi di persepakbolaan Indonesia sebelum bertransformasi menjadi Indonesia Super League pada tahun 2008. Selain itu PSS Sleman juga pernah merangsek ke semifinal Piala Indonesia pada tahun 2005. tetapi sayangnya pada musim 2006 gempa bumi melanda Yogyakarta sehingga terpaksa PSS Sleman tidak melanjutkan kompetisi dan akhirnya berada di kasta kedua sampai saat ini.
Tetapi walaupun berada di kasta kedua jangan remehkan klub ini. Perlahan-lahan klub ini mulai bangkit bahkan bisa dikatakan sebagai klub profesional dan mandiri. PSS Sleman juga memiliki sederet pemain bintang musim ini seperti Noh Alam Shah dan “the rising star” Moeniga. Namun selain usaha dari management peran suporter setia PSS Sleman sangat berperan penting. PSS Sleman memiliki dua suporter selain memiliki Slemania yang notabenya suporter terbaik Indonesia versi ANTV Sepakbola Award 2004. PSS Sleman memiliki satu kelompok suporter lagi yang terkenal sangat loyal terhadap PSS Sleman yaitu Brigata Curva Sud.
Brigata Curva Sud bisa dikatakan sebagi suporter dengan aliran yang berbeda dari suporter-suporter Indonesia pada umumnya yang telah ada. Brigata Curva Sud lebih mirip dengan suporter ultras di luar negeri. Brigata Curva Sud sangat terkenal dengan aksi roll paper , aksi flare dan juga choreo yang sangat sulit. Lagu-lagu mereka pun berbeda dengan suporter Indonesia kebanyakan, Brigata Curva Sud menyanyikan lagu yang masih asing bagi telinga awam penikmat sepakbola Indonesia karena liriknya pun yang terkadang menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Italia.
Brigata Curva Sud juga identik dengan pakaian warna hitam-hitam yang mereka kenakan dan juga sepatu yang maksudnya untuk menghormati para pemain di lapangan. Ditambah lagi nyanyian dan aksi mereka selama 90 menit tanpa berhenti dan terus berdiri. Karena bagi mereka harus sama lelah dengan pemain di lapangan. Tetapi jika bicara loyalitas dan fanatisme, suporter Indonesia memang rajanya. Yang membuat Brigata Curva Sud beda adalah dimana kemandirian dan kesadarannya untuk membangun klub. Mereka memiliki store sendiri yang dikenal dengan CS Shop dan juga kesadaran mereka untuk mengkampanyekan one man one ticket dan menangkap para calo.
Hal itulah yang hendaknya diikuti oleh kelompok suporter lain di Indonesia. Karena klub sepakbola di Indonesia sekarang sedang berkembang dan sedang berusaha klub profesional. Dan jika ada kesadaran untuk membeli satu tiket untuk satu orang itu akan sangat membantu finansial klub. Sehingga klub benar-benar menjadi klub yang dikelola dengan profeional tanpa APBD. Dan ini yang sedang dibangun di Sleman dengan klub kebanggaannya PSS Sleman melalui management dan bantuan dari para suporter. Brigata Curva Sud adalah salah satu potret suporter loyal yang sebenarnya yang sangat cinta terhadap klubnya.
website resmi Brigata Curva Sud => www.bcspss.com

ONE MAN ONE TICKET, NO TICKET NO GAME.  TANGKAP PARA CALO DAN KEEP SAY NO TO ANARCHISME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar